Kalau dulu zaman sekolah suka buka atlas, pernah gak sih terbesit “Kok baju adat Papua gak pakai baju sih cuma pakai penutup gini aja?” atau “itu gak sakit dipasang kayak gitu?”
Balik lagi masih bahas Wamena, maaf beberapa hari off karena liat sendiri di IG Stories, saya masih on trip. Jujur aja kalau lagi on trip itu paling nggak bisa upload, soalnya enjoy menikmati destinasi dan ya banyakan ngobrolnya sama orang sekitar. Belum lagi butuh waktu untuk nulis, jadi ya kebiasaan ditumpuk deh.
Nah bahas si Koteka, seperti yang kalian tau Koteka adalah pakaian untuk menutup kemaluan laki-laki Papua. Meskipun sekarang udah jarang orang yang menggunakannya (kecuali di pedalaman dan daerah wisata seperti Wamena), Koteka tetap menjadi simbol dari pakaian adat Papua.
Koteka sendiri dibuat dari pohon Labu. Awalnya, isi labu dikeluarkan lalu dikeringkan. Nah, labunya juga bukan labu sembarangan yang kalian kira labu Halloween, harus pakai labu air yang sudah berumur tua. Setelah kering, baru deh dibentuk sesuai keinginan.
Lalu setelah jadi, dibuatlah beberapa lubang di koteka tersebut. Lalu sambungkan tali rotan yang nantinya akan menyangga koteka. Cara penggunaannya simpel, pasang koteka di kemaluan lalu ikatkan tali rotan itu dipinggang. Makanya jangan heran, kalau Koteka itu posisinya selalu tegak keatas, nggak kedepan.
Nah, kenapa sih harus pakai Koteka? Dan apa benar kalau kotekanya panjang dan besar, berarti… Saya sempat bertanya kenapa sih harus pakai Koteka? Kalau menurut beberapa orang saat festival, selain sebagai pakaian adat, mereka menggunakan Koteka agar mudah bergerak saat berkebun. Saya sempat mikir, bukannya lebih mudah nggak pakai apa-apa ya sekalian?
Ada juga pemikiran seperti “kalau Kotekanya panjang atau banyak pernak perniknya, ada bulunya lah, bentuknya elastis kaya ular lah, pasti itu kepala suku”. Anggapan itu salah guys! Bentuk Koteka dan ukuran itu gak melambangkan apapun. Biasanya, ukuran dan bentuk ditentukan selain dari ukuran si pengguna (yaiyalah) dan aktifitas si penggunanya. Misalnya, kalau untuk bekerja sehari-hari mereka menggunakan koteka yang pendek, nah kalau untuk upacara adat baru deh koteka yang bentuknya mulai aneh-aneh dan sedikit panjang. Sisanya ya bener-bener cuma kosmetik aja. Lagian semakin banyak ornamen, otomatis semakin berat kan kotekanya. Ngeliatnya aja ngilu. Source : instagram @